Akhir-akhir
ini, bangsa kita Indonesia telah digoncang dan dilanda dengan berbagai macam
bencana dan musibah. Beberapa pekan lalu di Aceh terjadi gempa dengan kekuatan
6,5 skala lichter, gempa ini telah menewaskan ratusan orang, ribuan rumah rusak
parah akibat goncangan gempa. Sepekan setelah gempa di Aceh, giliran
kota lombok berduka, gempa berkekuatan 4,5 skala lichter menggoncang kota
tersebut. Walaupun tidak ada korban jiwa, namun kerugian mencapai miliaran
rupiah. Ribuan rumah rusak parah, hampir rata dengan tanah. Rasanya hari demi
hari, Indonesia selalu dilanda musibah dan bencana yang tak kunjung berakhir.
Sepertinya bencana dan musibah sudah menjadi sahabat bagi bangsa Indonesia.
Yang menjadi
pertanyaan kita adalah, mengapa Allah murka terhadap bangsa ini, sehingga
bencana dan musibah tak kunjung usai??. Setelah saya renungkan dan saya
fikirkan, saat ini bangsa kita telah mengalami krisis rasa malu kepada Allah
swt. Tidak malu berbuat maksiat kepada Allah swt, bagaimana malamnya dia
bermaksiat, kemudian paginya dia ceritakan kepada teman-temanya, bahkan dia
bangga dengan perbuatan maksiatnya, dia sudah tak malu lagi berbuat maksiat
kepada Allah. Dia lupa bahwa Allah telah mengawasinya, dimanapun dan
kapanpun, Allah akan selalu memonitoring setiap gerak-gerik hambanya. Tak
satupun yang luput dari pengawasan Allah swt.
Padahal Agama
telah mengajarkan, “Malu merupakan sebagian dari iman”. Kalau orang sudah tidak
punya lagi rasa malu berbuat maksiat maka dia tidak lagi punya iman. Kalau dia
tidak punya iman, semua perbuatan jelek akan dilakukanya. Dia lupa bahwa Allah
selalu mengawasi setiap gerak langkah seorang hamba.
Indonesia,
telah mengalami krisis rasa malu kepada Allah swt. Berbicara masalah malu,
seyogiyanya kita belajar dari suri tauladan kita, yaitu Nabi Muhammad saw.
Beliau adalah manusia yang memiliki ahlaq mulia, salah satu ahlaq beliau
adalah, beliau adalah orang yang pemalu tapi nggak malu-maluin kayak kita.
Malunya
Rasulullah itu lebih malu daripada seorang gadis yang sedang dipingit. MasyaAllah, betapa indahnya akhlaq beliau Rasulullah saw.
Indonesia
banyak musibah dan bencana, banyak korban jiwa meninggal dunia, rumah-rumah
rata dengan tanah, ini salah siapa????. Salah orang-orang yang telah berbuat
maksiat kepada Allah, dia sudah tak punya lagi rasa malu terhadap perbuatan
maksiatnya. Malamnya dia maksiat, paginya dia ceritakan kepada orang-orang,
bahkan dia bangga dengan maksiatnya. Padahal yang demikian telah diperingatkan
oleh Rasulullah saw dalam haditsnya,
“idza
dhaharal ma’ashi fi ummati ammahumullahu bi’adzabin min ‘indi”. Apabila
terdapat suatu bangsa, dan didalamnya mereka banyak berbuat maksiat, dan dia
bangga dengan maksiat yang dilakukanya, maka tunggu, Allah pasti akan meratakan
bangsa itu dengan adzab-adzab yang pedih.
Indonesia
harus berbenah, mengintropeksi diri masing-masing. Jadikan rasa malu sebagai
seragam dalam kehidupan kita sehari-hari. Agar bencana dan musibah tak lagi
melanda negeri kita tercinta ini. Mudah-mudahan Allah senantiasa merahmati kita
semua, dan mudah-mudahan Allah menjadikan kita sebagai manusia yang berfikir
terlebih dahulu sebelum bertindak. Wallahu ‘alamu bi-shawab.
Oleh : Beta Pujangga
Mukti
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين