Setiap
anak adam yang lahir di muka bumi ini pastilah memiliki orang tua, karena
mereka tak akan bisa lahir dengan sendirinya. Begitupun Nabi Isa, ia juga
mempunyai orang tua meski hanya Ibu tanpa seorang bapak, karena inilah mukjizat
beliau, ibunya hamil dan mengandungnya tanpa sentuhan seorang laki-laki. Entah
orang tuanya masih hidup ataupun tidak pasti ia memiliki ayah dan ibu yang
pernah melahirkannya. Maka setiap anak haruslah berbakti kepada orang tuanya.
Baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.
Seorang
anak harus berbakti dan menghormati kedua orang tuanya karena itu adalah
kewajiban anak kapada orang tuanya. Tidak ada seseorang yang wajib ditaati
setelah Allah dan RasulNya selain orang tua. Sejak kecil mereka yang telah
merawat dan mendidik anak-anaknya, bahkan selama sembilan bulan seorang ibu
membawa beban berat kemanapun ia pergi. Dalam surat luqman ayat 14 Allah
menggambarkan masa kehamilan seorang ibu dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
para ulama menafsirkan kata wahn dalam ayat tersebut dengan lemah yang
semakin lemah, atau kesusahan yang semakin susah. Maksudnya dalam keadaan
mengandung seorang ibu pasti merasakan banyak kesusahan dan kesulitan, hingga
masa melahirkan, bahkan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran buah
hatinya. Ibu juga yang menyusui dan meyapihnya pada penghujung dua tahun.
Itulah mengapa Allah memberi keutamaan yang lebih kepada ibu, karena
kesulitan-kesulitan yang dialaminya selama kehamilan dan melahirkan barulah
sang ayah menyertainya dalam fase pendidikan.
Ada
sebuah riwayat bahwa seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang hal
yang paling disukai oleh Allah, kemudia beliau menjawab shalat pada waktunya,
kemudian berbakti kepada kedua orang tua dan jihad di jalan Allah. Dalam
riwayat hadits tersebut Rasulullah memposisikan bakti kepada kedua orang tua
pada posisi kedua setelah shalat yang dikerjakan pada awal waktunya, hal ini
menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Lalu bagaimana cara
berbakti kepada kedua orang tua? yaitu dengan berbuat baik dan melaksanakan apa
yang diperitah orang tua serta tidak meyakiti hati mereka. Sedangkan untuk
kedua orang tua yang telah meninggal dunia, cara berbakti kepada mereka adalah
dengan mendo’akan mereka, karena salah satu amal ibadah yang tidak terputus
adalah do’a anak yang sholeh.
Kisah
nabi Ibrahim dan ayahnya yang disebutkan dalam surat maryam ayat 41-48 bisa
menjadi contoh bakti seorang anak kepada ayahnya.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ
إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ
تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَا
أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي
أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ
الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ
يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45) قَالَ
أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آَلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ
لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46) قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ
سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47) وَأَعْتَزِلُكُمْ
وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ
بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (48)
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Qur'an)
ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya:
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya
telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu,
maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa
kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan
bagi setan". Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku,
hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan
tinggalkanlah aku buat waktu yang lama". Berkata Ibrahim: "Semoga
keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu
dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku,
mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku".
Ayat tersebut
mengisahkan betapa santun cara Ibrahim menyeru ayahnya yang seorang pembuat
berhala tersebut untuk menyembah Allah swt, ketika ayahnya menolak seruannya
bahkan mengancam akan mengusirnya, Ibrahim tidak marah dan emosi. Ibrahim
kemudian justru mendo’akan kesalamatan untuk ayahnya. Senada dengan apa yang
diajarkan Ibrahim kepada kita Allahpun telah menggariskan dalam surat al-Israa
ayat 23 untuk berkata perkataan yang baik kepada keduanya dan melarang untuk
menyakiti hati mereka bahkan dengan perkataan uffin, para ulama
mengartikan kata tersebut dengan perkataan ah.
Sungguh seorang anak tidak akan
pernah mampu membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh orang tuanya,
maka usaha seorang anak untuk membalasnya adalah dengan berbakti kepada
keduanya. Dengan berbakti kepada kedua orang tua semoga kita akan lebih dekat
dengan Allah dan dicintai olehNya, karena bakti kepada orang tua adalah salah
satu hal yang paling dicintai olehNya.aaamiin wallahua’lam.
Oleh: Dzakia Rifqi Amalia
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 comments:
Posting Komentar