Salah satu sifat tercela yang dapat merendahkan derajat manusia dan menyebabkan seseorang lebih mengutamakan kehidupan dunianya dari pada kehidupan akhiratnya adalah sifat tamak dan rakus. Seringkali kita menjumpai orang-orang kaya yang karena ketamakan dan kerakusannya, mereka rela menghinakan dirinya di mata masyarakat bahkan terkadang rela menjual agamanya. Mereka selalu melihat kepada orang yang dapat dicapai oleh orang lain, mereka terus menerus menginginkan kekayaan yang sebetulnya sudah dimilikinya, mereka selalu merasa kurang dengan segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka.
مَا بَسَقَتْ اَغْصَانُ ذُلِّ إِلاَّ عَلَى بَذْرِ طَمَعِ
Artinya: "Tidaklah tumbuh cabang-cabang kehinaan, kecuali berasal dari biji kerakusan."
Rakus terhadap dunia menyebabkan hati kita terombang-ambing dan selalu dikejar-kejar nafsu sehingga sibuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Tak peduli apakah kekayaan itu didapat dengan cara yang benar atau salah. Sifat rakus menimbulkan sifat-sifat tercela lainnya, seperti munafik, khianat, dan kikir. Semua itu menyebabkan diri kita akan terjatuh pada jurang kehinaan. Sebab kita tak lagi dapat mengendalikan kekayaan, tetapi kekayaanlah yang mengendalikan kita.
Hati itu ibarat ladang, jika di sana ditebarkan biji-biji iri, tamak, dan kikir maka kelak akan tumbuh tanaman tercela yang berdahan kerakusan. Sikap tamak dan rakus yang semacam itu sangat berbahaya bagi diri sendiri bahkan orang lain sebab dapat menjerumuskan seseorang kepada kufur nikmat. Oleh karena itu, hendaknya kita menerapkan qanaah dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, menerapkan sikap qanaah tidaklah semudah apa yang kita bayangkan karena sifat manusia pada dasarnya selalu menginginkan lebih dari apa yang bisa ia dapatkan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:
لَوْ كَانَ لِاِبْنِ اَدَمَ وَ دِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لاَبْتَغَى لَهُمَا ثَالِثَا وَ لاَ يَمْلاَءُ جَوْفُ اِبْنِ اَدَمَ اِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Artinya: "Seandainya anak Adam memiliki dua lembah (ladang) emas, tentu dia akan mencari yang ketiga, dan tidak ada yang dapat membuat penuh perut anak Adam kecuali tanah (mati). Dan Allah akan menerima taubat orang yang benar-benar bertaubat."
Illustration from image google |
Oleh sebab itu, hendaknya kita merasa puas dengan apa yang dianugerahkan Allah kepada kita, tidak menggebu-gebu dan besar kecintaan untuk bekerja hanya demi mencari harta semata tanpa mengenal waktu dan tidak peduli apakah harta yang didapat halal atau haram. Apabila seseorang selalu merindukan dan mengharapkan lebih dari yang bisa didapatnya maka ia tidak memiliki sifat qanaah dan jiwanya terkotori oleh sifat rakus. Kerasukan hanya akan mendorong dan menyeret seseorang kepada perilaku jahat dan akhlak yang tercela.
Tanamkan dalam diri bahwa segala nikmat yang ada di dunia ini adalah dari Allah, kita hanyalah manusia yang harus senantiasa berusaha sekuat tenaga tanpa mengenal kata putus asa. Adapun mengenai hasil yang akan didapat merupakan kehendak Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.:
وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ فِى الاَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا
Artinya: "Tiada sesuatu yang melata di bumi, melainkan di tangan Allah rezekinya." (Q.S. Hud: 6).
Dengan adanya kesadaran bahwa segala nikmat yang ada datanganya adalah dari Allah maka kita akan merasa puas terhadap apa yang diperoleh. Hal inilah yang dinamakan kaya hati dan inilah yang menjadi dasar dari sifat qanaah. Rasulullah saw. bersabda sebagaimana disebutkan dalam haditsnya:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرْضِ, وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ ـ متفق عليه
Artinya: "Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kaya hati." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Beliau melarang bersikap rakus dan berlebihan dalam mencari harta, beliau pun bersabda: "Perhatikanlah wahai manusia, perindahlah cara kamu mencari harta. Sesungguhnya seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah ditentukan baginya. Tidaklah seorang hamba pergi untuk mencari harta duniawi melainkan ia hanya akan mendapatkan apa yang telah ditentukan baginya. Dunia adalah sesuatu yang rendah dan hina."
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as. bertanya kepada Tuhannya, ia berkata: "Siapakah di antara hamba-Mu yang paling kaya?" Allah swt. berfirman: "Orang yang paling puas dan menerima apa yang telah Aku berikan kepadanya." Dia bertanya lagi: "Siapakah di antara mereka yang paling adil?" Allah swt. berfirman: "Orang yang dapat meluruskan dan berlaku adil terhadap dirinya sendiri." Hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang paling kaya di dunia adalah orang yang selalu bersikap qanaah, tidak mengeluh dengan yang terjadi pada dirinya serta bersikap adil pada dirinya.
Nabi Muhammad saw. bersabda: "Jika anak Adam telah mencapai usia pikun (lanjut usia) tetapi ia masih merasa muda dalam dua hal, yaitu dalam hal angan-angan dan cinta harta." Ketika kedua hal tersebut telah menjadi karakter seseorang maka hal itu termasuk suatu hal yang menyesatkan dan merupakan kecemburuan yang membinasakan. Nabi Muhammad saw. juga bersabda:
مَنْهُوْمَانِ لاَ يَشْبِعَانِ مَنْهُوْمُ الْعِلْمِ وَمَنْهُوْمُ الْمَالِ
Artinya: "Ada dua kerakusan yang tidak pernah kenyang, rakus akan ilmu dan rakus akan harta."
Jika seseorang serakah terhadap ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, hal tersebut adalah lebih baik. Wajar jika seseorang tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang telah ia dapatkan. Namun rakus akan harta sangatlah berlebihan sebab orang yang rakus harta biasanya menjauhkan diri dari Tuhannya. Baginya tak ada yang lebih berharga dari pada harta. Bahkan ia lupa kewajibannya terhadap Allah dan kepada sesama makhluk Allah.
*) Dari berbagai sumber
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 comments:
Posting Komentar